KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

Rohmatulloh Pusat Pengembangan SDM Aparatur



Post-Millennial Z dan Pelatihan ASN

  • Selasa, 22 Agustus 2023
top news image

Before teaching anything to anyone, we should at least know who our students are. Who, today, is enrolling in our schools, colleges and universities? – Michael Serres (2012)

Kutipan yang diambil dari buku “Thumbelina: The culture and technology of millennials” mengandung makna yang terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini, kalau kita mengajar, lihat siapa yang kita hadapi di ruang kelas. Ya, hari ini kita banyak bersinggungan dengan peserta pelatihan ASN post-millennial Z yang karakteritiknya begitu unik. Karenanya, tantangan pelatihan ASN khususnya dalam memfasilitasi pengajaran dan pembelajaran di kelas mesti berubah dari metode tradisional ke yang modern konstruktivisme.

Ditinjau dari perspektif sistem pelatihan ADDIE yang sudah begitu populer sekali, saat ini kita dihadapkan pada sebuah isu atau masalah yang tidak tunggal karena melibatkan semua tahapan mulai dari input peserta pelatihan, proses pengajaran dan pembelajaran, sampai dengan output capaian kompetensinya bermanfaat bagi unit kerja peserta pelatihan. Oleh karena itu, di mulai dari input sistem peserta pelatihan ASN post-millennial Z harus dikenali karakteristiknya.

Dalam bukunya Serres menyebutnya dengan generasi Thumbelina karena generasi ini biasa menggunakan satu jarinya untuk berselancar ke manapun melewati ruang dan waktu menggunakan media sosial dan internet. Dalam Statistik Gender Tematik: Profl Generasi Milenial Indonesia, mengidentifikasi generasi ini yang memiliki karakteristik sebagai manusia yang akrab dengan teknologi untuk memenuhi segala kebutuhan hidup termasuk kebutuhan belajarnya. Tidak heran, smartphone menjadi barang berharga untuk memenuhi segala kebutuhan mencari ilmu atau pengetahuan dan media belajarnya.

Mengetahui karakteristik generasi ini, artinya kita telah mencoba memahami suara kebutuhan dan keinginannya yang menjadi masukan fasilitator pelatihan untuk diakomodasi. Dalam sistem manajemen mutu modern pun paradigmanya dimulai dari suara pelanggan (voice of customer) untuk dijadikan acuan atau persyaratan mendesain proses bisnis sebuah pelayanan.

Karakteristik generasi ini tentunya menjadi titik awal yang memiliki interkoneksi dengan berbagai komponen input lainnya seperti metode, materi atau nilai, sarana dan prasarana, dan lain-lain agar penyelenggaraannya efektif dan efisien. Efektif dan efisien ini menjadi dua kata kunci dalam manajemen modern yang saat ini diterapkan oleh berbagai pelayanan, di samping keberlanjutan (sustainability).

Dari sisi penggunaan media pembelajaran, peran teknologi informasi dan komunikasi menjadi penting sekali. Apalagi, jika dikaitkan juga dengan kondisi hari ini pasca pandemi yang membuat peserta pelatihan menjadi terbiasa dengan budaya baru tersebut. Sehinga, format pembelajaran jarak jauh metode e-learning maupun yang dikombinasikan dengan metode blended learning sebagai varian pembelajaran yang tidak bisa dihindari.

Terkait dengan metode pengajaran dan pembelajaran, kedua format tersebut maupun yang klasikal sekalipun, sebaikanya penggunaan metode konvensional satu arah ceramah dan tanya jawab dikurangi. Coaching dapat menjadi salah satu alternatif yang perlu dibudayakan. Coaching dapat dilakukan secara jarak jauh sekalipun dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran kolaborasi seperti Jamboard, annotation tools (Zoom), Padlet, dan lain-lain.

Misalnya, pembelajaran tentang nilai BerAKHLAK pada pelatihan dasar untuk menjelaskan konsep tentang “nilai”. Teori ini banyak sekali acuannya. Kalau ini disampaikan oleh fasilitatornya dengan satu arah dan monoton, yakinlah peserta pasti akan bosan dan menutup video jika dilakukan secara jarak jauh. Oleh karena itu, libatkan peserta untuk membangun sendiri konsepnya secara kolaboratif. Peserta pasti memiliki banyak pengalaman dan sumber pengetahuan yang dapat dengan mudah ditemukan dengan berselancar di dunia maya seperti ChatGPT.

Setelah mencapai konsensus tentang konsep maka dilanjutkan ke level analisis nilai menggunakan role model. Misalnya, libatkan peserta mencari informasi nama gedung “tokoh yang berjasa di sektor ESDM,” di unit kerjanya masing-masing. Berikan instruksi analisis nilai yang ada pada tokoh tersebut. Hasil pembelajaran ini selanjutnya dijadikan acuan untuk membangun sikap dan perilaku sebagai ASN khususnya di Kementerian ESDM.

Banyak lagi suara kebutuhan peserta pelatihan ASN post-milenial Z lainnya yang mesti didengarkan agar tantangan pengajaran dan pembelajaran dalam pelatihan ASN dapat kita dijawab sesuai dengan karakteristik generasi tersebut, Semoga!