KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

Wawancara Eksklusif: Dirjen Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM



MENGGAPAI NET ZERO EMISI NASIONAL

  • Jumat, 01 Juli 2022
top news image

Waktu baru menunjukkan pukul 7.15 WIB dan matahari masih mengintip di sela pagi kota Jakarta. Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral,  yang ada di bilangan Cikini juga masih belum ramai oleh pegawai dan staff. Namun, tim liputan Majalah Aparatur sudah menunggu di lobi.


Hari itu,  kami ada janji temu dengan Bapak Dadan Kusdianan, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM. Adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi kami dapat bertemu langsung dengan beliau di tengah tengah kesibukannya merealisasikan Net Zero Emision (NZE), atau penurunan emisi karbon di Indonesia. 


Ini tentu bukan perjuangan yang mudah. Apalagi di tengah derasnya arus kenyamanan masyarakat menggunakan energi fosil. Di situasi ini, Direktorat Jenderal EBTKE menjadi lembaga yang sangat penting karena menjadi poros utama dalam upaya penurunan energi karbon. 


Tepat Pukul 7.30 WIB kami di sambut oleh langsung  Bapak Dadan Kusdianan di ruangannya. Dalam suasana yang hangat penuh canda tawa, serta ditemani secangkir kopi hangat, obrolan kami dengan Pak Dirjen dimulai. 

Menurut Pak Dirjen, merealisasikan NZE adalah langkah strategis berskala global. NZE adalah  tuntutan nyata dalam upaya penyelamatan, keseimbangan alam dan kehidupan manusia. 


Perjuangan merealisasikan NZE tidak hanya perjuangan tekait program yang bersifat tangible, namun intangible. Menyangkut budaya, kebiasaan yang sudah lekat dalam kehidupan manusia. 


Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di hampir sebagian besar negara di dunia. Oleh karenanya, menurut beliau, dalam melaksanakan program NZE dibutuhkan penanganan yang bersifat holistic dan berkesinambungan. Terlebih, saat melihat tingkat risiko di masa depan. Dibutuhkan Langkah konkrit berupa suatu peta jalan yang dapat dilihat progresnya, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. 


Saat ini pemerintah menargetkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri  pada tahun 2030. Sebenarnya, prosentase itu  bisa bertambah apabila dibantu oleh negara lain. Target penurunan bisa mencapai 41 persen.


Dirjen Dadan meyakini bahwa target-target itu dapat tercapai. Tentunya dengan menjalankan beberapa strategi yang telah disusun oleh pemerintah, yaitu pemanfaatan sumber energi baru untuk pemenuhan kebutuhan industri melalui optimalisasi sumber energi baru terbarukan (EBT). Ini termasuk bahan bakar nabati. Menurut beliau, jika hal ini konsisten dilakukan, capaian  produk akhir dari suatu industri bisa lebih bersih, dan tentu akan memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional. 


Langkah selanjutnya adalah upaya untuk mengoptimalkan sumber energi listrik untuk sektor transportasi dan lainnya. Salah satu Langkah penting selain pembangkit energi terbarukan adalah mengembangkan kendaraan berbasis baterai atau kendaraan listrik. Hal ini tentu tidak dapat dijalankan sendiri oleh  pemerintah. Harus sinergi dengan swasta


Upaya lain dari konteks NZE adalah dukungan dan komitmen seluruh elemen bangsa, mengingat keberhasilan terhadap NZE tidak dapat dilakukan oleh satu institusi saja. Gerakan Bersama amat penting. Dan perlu juga diketahui, Nett Zero Emission ini artinya bukan sama sekali tidak ada emisi, tapi kalau ada emisi nanti ada yang menyerap. 


“Prinsipnya, itu yang akan kita lakukan sehingga misalnya dari sektor ESDM tidak bisa nol emisi maka dicari pasangan untuk bisa menyerapnya,” kata Dirjen Dadan.


Pak Dirjen menjelaskan bahwa perlu ada keberanian untuk upaya pengurangan energi fosil. Misal, dengan cara menerapkan pajak karbon dan pembatasan operasional pembangkit listrik berbasis batubara (PLTU) dengan memadukan sumber energi baru terbarukan. Bisa juga dengan kebijakan retirement atau mempensiunkan PLTU yang sudah tua dengan cara tidak memperpanjang  kontrak yang selanjutnya digantikan dengan pembangkit energi baru terbarukan. 


“Saat ini kita sudah memiliki peta yang secara bertahap mengistirahatkan PLTU-PLTU yang sudah layak untuk di pensiunkan,” imbuh beliau.  


Dalam paparan lebih lanjut, faktor budaya juga menjadi kunci penentu dari kesuksesan  NZE.  Sosialisi yang masif tentang pentingnya penggunaan energi bersih sebagai fungsi penyelamatan bumi dan lingkungan kehidupan.  Karena kesadaran akan hal ini perlu ditanam dan tumbuhkan kepada masyarakat. Menjadikannya gerakan moral, sebagaimana gerakan “Perang Melawan Sampah Plastik”. 


Namun, hal ini tidaklah mudah, mengingat kenyamanan masyarakat dalam penggunaan energi fosil telah melekat sedemikian kuat. Banyak hal yang perlu dilakukan secara bertahap. Mulai dari edukasi yang akan membangun kesadaran atau self-awarness. Terakhir adalah membangun masyarakat yang partisipatif  


Bincang bincang tentang NZE memang selalu menarik untuk dibahas, mengingat kelangsungan keseimbangan alam yang berujung terhadap kelangsungan umat manusia menjadi penentu. Tidak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 8.30 WIB dan wawancara harus berakhir. 


Dirjen Dadan menutup wawancaranya dengan sebuah komentar yang apik.“Tanpa manusia Alam akan tetap ada, Tanpa Alam Manusia tidak akan ada jadi sudah cukup kita merusak alam ini, dan waktunya kita memperbaiki alam ini”


Sungguh kata yang sangat dalam untuk direnungkan. ( Aries Setyarto)