KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR



Subroto Award 2021: Living Legend di Balik Nama Penghargaan

  • Senin, 27 September 2021
top news image

Namanya diabadikan sebagai nama penghargaan di bidang energi negeri ini.Tentu ada banyak alasan kalau Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menggunakannya.

Pak Broto – begitulah ia disapa oleh para kolega – adalah sesepuh, panutan dan inspirator di bidang ESDM. Ia adalah Menteri Pertambangan dan Energi selama dua periode (1978-1988).

Dari pemikirannya dijalankan beberapa hal strategis yang berskala nasional.

Mulai dari lahirnya Kebijakan Energi Nasional (KEN), program Listrik Masuk Desa (LMD). pengupayaan  sumber energi nonminyak (seperti tenaga air, panasbumi dan matahari), sampai gerakan hemat energi.

Pak Broto juga melakukan perubahan di lingkungan kerjanya. Kementerian yang dahulu bernama Departemen Pertambangan, diubah menjadi Departemen Pertambangan dan Energi. Konsekuensinya, antara lain, Perusahaan Listrik Negara (PLN) masuk menjadi bagian Departemen Pertambangan dan Energi.

Di tingkat global, Subroto dikenal sebagai The Wise Minister Subroto from Indonesia. Julukan yang diberikan karena kearifan serta visinya yang hati-hati dalam pengelolaan minyak di kalangan negara-negara OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries). Ia juga piawai berdiplomasi dan mampu meredam silang pendapat antarnegara OPEC, kala menjabat sebagai Presiden Konferensi (1985-1985) dan Sekretaris Jenderal pada tahun 1988-1994.

Prof. Dr. Subroto - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia – juga tercatat sebagai salah satu tokoh yang ikut merancang blueprint pembangunan perekonomian Indonesia. Bersama  Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Moh. Sadli, dan Prof. Dr. Ali Wardhana, ia menjadi anggota Tim Ekonomi untuk pembangunan Indonesia di era awal Orde Baru.  Pada tahun 1968 Tim Ekonomi melahirkan seri Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

Rambut putih, kacamata, dasi kupu-kupu serta senyum yang lebar. Begitulah ciri khas Pak Broto. Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 19 September, pria berusia 98 tahun itu selalu tampil di ajang Subroto Award sejak 2017.  Pemikirannya masih jernih, tubuhnya pun masih selangsing dulu.   

Tentang badannya, dalam kesempatan wawancara dengan geomagzgeologi.esdm.go.id.Ia bercerita pernah ditolak menjadi tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada masa pendudukan Jepang. “Karena badan saya dianggap terlalu kurus,” tuturnya. Lucunya, ia malah diterima di Militaire Academie (MA, Akademi Militer) dan malah meraih predikat terbaik kedua dari 197 orang yang lulus tahun 1948.

Panjang umur, selalu sehat dan terus menginspirasi, Pak Broto!