KEMENTERIAN ESDM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR



Jejak Karbon dalam Kehidupan

  • Senin, 21 Februari 2022
top news image

Jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Seperti apa aktivitas manusia yang dapat menimbulkan jejak karbon? Yuk kita bahas satu per satu!

 

  1. Penggunaan Kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, atau gas

Proses pembakaran bahan bakar di atas akan menimbulkan jejak karbon. Dengan bepergian menggunakan kendaraan pribadi, artinya kita berkontribusi untuk menghasilkan lebih banyak gas emisi (CO2).Apalagi jika kita terjebak macet. Mesin kendaraan akan menjadi panas dan melepas gas emisi ke udara. Semakin banyak kendaraan berbahan bakar fosil digunakan, akan menambah lebih banyak pelepasan jejak karbon ke udara.

 

  1. Penggunaan Energi Listrik dan Air

Penggunaan energi listrik untuk keperluan sehari-hari, misalnya TV, AC, lampu, kulkas, mesin cuci, microwave dan berbagai peralatan listrik lainnya ternyata berbanding lurus dengan dihasilkannya gas emisi. Kok bisa begitu?  Jawabannya ada pada sumber energi listrik yang kita gunakan. Kebanyakan, sumber energi listrik masih berasal dari pembakaran bahan fosil pada pembangkit listrik.

 

Begitupun dengan penyalahgunaan air. dibutuhkan banyak energi untuk mengelola air bersih, dan itu masih didapat dari penggunaan energi fosil. Jadi mari kita kurang-kurangi membuang atau menyalahgunakan air bersih.

 

  1. Konsumsi Makanan

Makanan yang kita konsumsi ternyata juga menjadi salah satu sumber gas emisi. Terutama jika makanan tersebut berpotensi menjadi gunungan sampah. Mulai dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, proses distribusi, hingga barang tersebut sampai di tangan kita, ternyata meninggalkan jejak karbon.

 

Misalnya, bagi kalian yang suka makan daging sapi, jejak karbon yang dihasilkan sangat tinggi. Karena daging sapi merupakan salah satu penghasil gas emisi terbesar di dunia. Maksudnya di sini, dalam proses pengadaannya, lho. Bayangkan, berapa liter bensin dan solar yang dibutuhkan untuk mengantarkan dan memproses makanan sapi. Hingga akhirnya, memproses dagingnya juga.

 

Belum lagi bila dagingnya harus didatangkan dari luar negeri. Entah dari Amerika, Jepang, atau Australia. Jejak karbonnya bertambah karena proses distribusinya makin panjang. Contoh lainnya, 1 kg kopi yang berasal dari luar negeri juga menghasilkan jejak karbon sebesar 4.82 kg. Hal ini disebabkan oleh proses perkebunan, pengolahan, pengemasan, distribusi, hingga akhirnya kopi tersebut diseduh dan kita nikmati.

 

Tiga hal di atas, meski kelihatan sepele, namun membawa dampak besar terhadap bumi dan kehidupan lainnya.  Laporan dari The Lancet Countdown on Health & Climate Change menunjukkan rata-rata 306 kejadian bencana akibat cuaca ekstrem tiap tahunnya dari tahun 2007- 2016, dan meningkat 46% sejak tahun 2000.

Pada tahun 2017, terdapat 797 bencana iklim di dunia dan menyebabkan kerugian ekonomi higga USD129 Miliar. Hal ini diakibatkan oleh:

Cuaca Ekstrim dan Bencana Alam

Semakin tinggi jejak karbon yang kita hasilkan, semakin tinggi pula dampak negatif yang berikan terhadap bumi. Jejak karbon menyebabkan kenaikan suhu bumi yang sangat ekstrim Peningkatan suhu 0,45-0,75°C yang dapat menimbulkan badai tropis (siklon) serta berbagai bencana alam seperti banjir atau kekeringan. Perubahan curah hujan ± 2,5 mm/hari

Perubahan Produksi Rantai Makanan

Perubahan iklim yang disebabkan oleh jejak karbon juga menimbulkan perubahan produksi rantai makanan. Beberapa tanaman sulit untuk tumbuh dengan baik. Daerah yang memproduksi padi (beras) jadi kehilangan kemampuan karena iklim semakin panas.

Penyebaran Penyakit

Jejak Karbon juga berpengaruh terhadap kesehatan tubuh, misalnya penyebaran penyakit menular seperti malaria. Hal ini disebabkan oleh semakin luasnya pergeseran wilayah tropis ke wilayah sub-tropis, berbagai penyakit tropis juga akan menyebar di berbagai daerah.

Rusaknya Ekosistem Laut

Jejak karbon juga mengakibatkan rusaknya ekosistem laut. Semakin banyak gas emisi yang diserapkan oleh laut, akan menyebabkan kadar asam semakin tinggi dan merusak berbagai ekosistem laut. Berbagai hewan laut akan sulit untuk bertahan hidup. Selain itu menimbulkan pula kenaikan air muka laut dan kenaikan suhu di 5,8 juta km2 wilayah perairan Indonesia. Hal ini berbahaya bagi kapal nelayan <10GT.

Es di Kutub Mencair

Kenaikan suhu bumi yang disebabkan oleh semakin tingginya jejak karbon, juga mengakibatkan lapisan es di kutub semakin menipis. Hal ini menyebabkan ekosistem di kutub menjadi terganggu dan naiknya permukaan laut.

Berkurangnya Air Bersih

Dampak jejak karbon selanjutnya adalah berkurangnya kadar air bersih di bumi. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya jejak karbon dan berpotensi membuat suhu bumi meningkat dan naiknya permukaan air laut. Jika air bersih sudah berkurang, air seperti apa yang akan kita gunakan? Dampak lain yang biasa kita rasakan yaitu kekeringan.

Studi Bappenas menunjukkan bahwa kebijakan ketahanan iklim pada 4 sektor prioritas (air, kesehatan, kelautan perikanan, dan pertanian) berpotensi menurunkan risiko kehilangan PDB hingga 50.4% pada tahun 2024. Sebagai ilustrasi, tanpa intervensi kebijakan, potensi kehilangan ekonomi di Indonesia akibat perubahan iklim dapat mencapai Rp115 Triliun pada tahun 2024.

Nah, sudah saatnya kita mengurangi jejak karbon yang kita hasilkan. Memang tidak mudah, namun dengan hidup sederhana dan berkolaborasi bersama, kita pasti bisa!